Ada kalanya kita sebagai manusia mahkluk ciptaan allah swt yang sempurna mempunyai penderitaan, penderitaan itu tidak akan kita rasakan selamannua jika orang tersebut mau merubahnya pada nasib yang dialaminya pada saat menderita. coba kita fikirkan lebih mendalam Kita terlalu lupa bahwa orang di sekitar kita butuh perhatian. Hanya perhatian terhadap diri sendiri yang kita pikirkan. Kita harus malu untuk itu.
Lalu, posisi Tuhan berada di mana? Apakah sebenarnya Tuhan mengizinkan semua penderitaan itu hadir?
Awalnya saya pikir demikian. Lalu saya menyadari bahwa itu keliru.
Tuhan tidak pernah mengizinkan penderitaan datang dalam kehidupan manusia. Demikian pula kebahagiaan. Tuhan meminta manusia untuk hidup dalam penderitaan dan kebahagiaan. Ada kalanya Tuhan hanya “diam” saja ketika kita jatuh. Tuhan mengerti bahwa jika kita tidak pernah jatuh, kita tidak akan pernah tahu bagaimana caranya berdiri. Kematian jelas tidak akan memberikan pelajaran bagi mereka yang mati. Pelajaran itu untuk mereka yang hidup. Penderitaan sesungguhnya dialami oleh mereka yang ditinggalkan. Untuk hidup dalam penderitaan butuh pelajaran yang berbeda-beda. Butuh perjuangan pula untuk bisa belajar.
Tuhan hanya ingin manusia berdamai dengan dirinya sendiri. Jika Dia punya pilihan, tentulah Dia akan memilih untuk tidak pernah menempatkan manusia di dunia.
Lebih tepatnya adalah, Tuhan mengizinkan hukum sebab-akibat. Tidak akan ada pelangi tanpa hujan deras. Tidak akan pernah ada terang tanpa gelap. Manusia butuh belajar untuk menyikapi itu semua.
Hidup adalah pelajaran. Sejarah tercipta bukan untuk dikenang atau dilupakan, melainkan untuk dipelajari. Kehidupan adalah sejarah itu sendiri. Pelajaran dalam hidup saya adalah menerima kenyataan tanpa harus berhenti berjalan ke depan. Pelajaran hidup saya juga adalah bagaimana kita berdamai dengan setiap hal yang menoreh luka. Belajar untuk memaafkan. Belajar untuk tidak saling menyalahkan. Belajar untuk hidup menjadi manusia yang manusiawi.
No comments:
Post a Comment